Motivasi dari Al Qur'an

Mata Air 14: Tetap Konsisten Pada Prinsip


" Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan 'Than Kami adalah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'" (Fushilat [41]:30)

Dalam bahasa Arab, konsisten disebut istiqaamah, bentuk Past Tense-nya (Fi'il Maadhi) adalah istaqaama artinya, me-luruskan. Dari situlah berakar kata mustaqiim pada ayat ke-5 surah al-Faatihah (Ihdinas shiraathal mustaqiim) 'Tunjukilah kami jalan yang lurus'. Konsisten artinya berpegang teguh pada kebenaran yang diyakini, dan melaksanakan segala sesuatu yang menjadi konsekuensi dari keyakinan tersebut. Maka, siapa pun yang mengakui Allah swt. sebagai Tuhannya, dia harus melaksanakan apa yang Allah syariatkan dan menjauhi apa yang di-larangan-Nya.

Anas bin Malik r.a. bercerita, "Suatu hari, Rasulullah mem-bacakan kepada kami ayat ini (Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka meneguh-kan pendirian mereka), kemudian beliau bersabda, 'Banyak orang yang mengucapkannya, tetapi kemudian mereka kufur. Maka, siapa saja yang mengucapkannya (dan melaksanakan konsekuensi-konsekuensi dari ucapan itu) hingga dia meninggal, maka dia telah beristiqamah (konsisten).'"

Ayat di atas menunjukkan bahwa sikap istiqamah adalah keteguhan hati dan tetap menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Lebih jauh, Rasulullah menegaskan pada sabdanya di atas bahwa sangat sedikit orang yang konsisten pada apa yang diucapkan.

Allah menjanjikan bahwa para malaikat akan menaungi dan melindungi mereka yang konsisten. Mereka tidak akan dilanda kesedihan atau keraguan. Yang ada hanya kegembiraan dalam menjalankan perintah itu karena mereka yakin dengan balasan surga yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang saleh.

Konsistensi adalah karakter utama dari seorang yang memiliki prinsip. Prinsip yang dipegang adalah warna dasar dari gambaran sikap dan perilakunya. Setiap sikap dan perilakunya tidak pernah bertentangan dengan prinsip yang dipegang, karena prinsip hidup adalah kebenaran absolut yang berasal dari wahyu Tuhan. Meski dalam hidup dia menghadapi banyak tantangan dan rintangan yang bisa saja menggelincirkan dan membuatnya tergoda untuk melanggar prinsip itu, dia tidak akan kesulitan menemukan jalan keluar untuk mengatasinya.

Sebaliknya, orang yang tidak konsisten adalah orang yang tidak memiliki prinsip. Jika seseorang tidak memiliki prinsip hidup yang benar, maka dia akan terjebak dalam tingkah laku yang menuruti tuntutan nafsunya. Jika orang-orang yang me¬miliki prinsip dan konsisten dengan prinsipnya, mereka selalu dinaungi malaikat. Maka, orang yang tidak mempunyai prinsip, mereka akan selalu dikendalikan oleh setan yang menung-gangi hawa nafsunya. Padahal Allah swt. telah mengingat-kan manusia dengan firman-Nya,
"...Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguh¬nya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman." (al-A'raaf [7]: 27)

Sikap konsisten adalah sikap yang bersumber dari dalam diri sendiri, atau sikap dari dalam ke luar. Apa yang menjadi prinsip hidup, itulah yang menjadi pusat orbit dari bentuk sikap dan perilaku yang tampak bagi orang lain. Dirinya adalah yang memberi warna terhadap lingkungan. Bukan sebaliknya. Kebanyakan sikap dari orang-orang yang tidak punya prinsip adalah mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar diri mereka. Meniru dan mengikuti budaya dan tradisi lingkungan di sekitarnya, mereka tidak memiliki prinsip yang me-nyaring nilai-nilai di lingkungannya.

Ada sebuah kisah yang menjadi pelajaran penting bagi kita. Kisah ini mengajari kita untuk memiliki prinsip dan yakin dengan kebenaran prinsip itu.

Dikisahkan bahwa seorang ayah bersama putranya pergi ke pasar untuk menjual keledai. Keledai itu dituntun oleh anaknya di depan, sementara ayahnya berjalan di belakang. Sekelompok remaja yang berpapasan dengan mereka mener-tawai dan berkata, "Mengapa kalian berjalan kaki, padahal keledai yang kalian tuntun itu bisa dinaiki?" Sang Ayah lalu naik ke atas punggung keledai itu, sementara anaknya tetap menuntun keledai itu di depan.

Ketika mereka melewati sebuah perkampungan, ada sekelompok wanita yang berada di pinggir jalan. Mereka memaki si ayah sebagai pria yang hanya mau enaknya sendiri. Dia mem-biarkan anaknya berjalan menuntun keledai sementara dia enak-enakan duduk di atas punggung keledai itu. Mendengar makian itu, sang ayah pun menyuruh anaknya untuk naik bersamanya.

Ketika sampai di sebuah desa, mereka dicerca oleh penduduk desa sebagai orang-orang yang tidak punya rasa kasihan terhadap binatang. Mereka menganggap keledai itu kurus dan keduanya telah menyiksa keledai itu dengan menaikinya berdua.

Karena merasa bersalah dan membenarkan apa yang dikatakan oleh penduduk desa itu, mereka pun turun dan mengikat kaki keledai itu dan memikulnya berdua. Mereka kemudian meneruskan perjalanan. Sampailah mereka di sebuah jembatan yang di bawahnya ada sungai yang mengalir. Sekelompok anak kecil sedang ber-main di pinggir jembatan itu. Melihat pemandangan yang ganjil itu, anak-anak kecil itu meneriaki kedua orang itu sambil bersorak-sorai. Teriakan itu membuat keledai itu terkejut dan memberontak hingga tali yang mengikat kakinya putus. Keledai itu pun jatuh ke dalam sungai dan hilang terbawa arus.

Akhirnya, sang ayah berkata, "Karena mengikuti kata semua orang, kita tidak dapat melegakan siapa pun, bahkan diri kita sendiri pun tidak." Sebenarnya, yang menjadi tujuan keduanya adalah, men-jual keledai di pasar. Apa dan bagaimana cara mereka pergi ke pasar itu bukanlah masalah yang prinsipiil.

Namun, rintangan yang mereka temui dalam perjalanan sangat banyak dan mereka tidak paham akan hal-hal yang prinsipiil. Sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu prinsip di-anggap prinsip sehingga mereka mudah terpengaruh oleh perkataan orang. Akhirnya, mereka menderita kerugian.

Apabila mereka konsisten dengan tujuan dan mengetahui hal yang lebih prinsip, mereka bisa pergi ke pasar dengan mengendarai keledai itu berdua; atau menggiringnya berdua; atau sang ayah yang menaiki dan putranya yang menggiring atau sebaliknya; atau dengan memikulnya dan mengikat kakinya; semua itu hanya masalah metode mencapai tujuan. Mereka bisa memilih cara yang paling kecil risiko buruknya. Kemudian mereka akan sampai ke pasar, menjual keledai dan menikmati hasilnya.

Mulai hari ini, Anda harus memiliki prinsip hidup yang jelas dan benar. Pegang erat-erat prinsip hidup Anda agar kelak di akhirat, Anda tidak termasuk dalam kelompok orang-orang yang merugi.

Ambillah pelajaran dari firman Allah swt. berikut ini,  "Jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (al-An'aam [6]: 116)
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.