Motivasi dari Al Qur'an

  • Bertobatlah

    Dosa dan maksiat tidak hanya akan menghalangi seseorang dari rahmat dan ridha Allah, tetapi juga akan meng-halanginya dari mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkannya.

  • Ambil Resiko Itu

    Setiap perbuatan, baik atau buruk pasti memiliki risiko. Seseorang tidak akan menanggung risiko atas perbuatan yang dilakukan oleh orang lain. Jika dia berusaha dan bekerja keras untuk kebaikan dan keselamatan dirinya, dia akan menerima risiko atas apa yang dikerjakannya.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Mata Air 15: Bertobatlah

"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata. "Ya Tuhan Kami sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (At-Tahrim[66]:8)

Di antara anggota pasukan Sa'ad bin Abi Waqqash yang menaklukkan daerah Persia, terdapat seorang tentara yang gagah perkasa bernama Abu Mahjan. Dia salah seorang anggota pasukan kavaleri berkuda. Akan tetapi, dia mempunyai satu kebiasaan buruk, yaitu menyukai minuman keras.

Sa'ad berpidato di hadapan pasukannya menjelang pertempuran. Dia mewasiatkan kepada mereka untuk meningkat-kan ketakwaan dan berdoa agar Allah menguatkan mereka guna menghadapi pasukan Persia di Qadhisia. Secara tiba-tiba, Abu Mahjan muncul dalam keadaan teler. Sa'ad sangat sedih dengan keadaan itu. Dia langsung memerintahkan agar Abu Mahjan dipenjara terlebih dahulu. Setelah selesai pertempuran, dia akan menjatuhi hukuman cambuk terhadapnya. Sa'ad takut Allah akan menghukum pasukannya karena ada salah satu dari mereka yang meminum minuman keras.

Ketika Abu Mahjan tersadar dari mabuknya, dia bangkit dan mengintip dari jendela penjara. Dia melihat peperangan yang berpihak pada kemenangan pasukan Persia. Abu Mahjan terdiam, dia duduk termenung dan bersedih. Air matanya perlahan mengalir dari kedua matanya.

Bagaimana tidak, dia tidak bisa ikut berperang. Dosa dan perbuatan maksiat yang baru saja dia lakukan menghalanginya memperoleh kehormatan besar itu. Dia merasa telah menipu cita-cita dan tekadnya sendiri untuk menjadi salah satu tentara yang berjasa menaklukkan wilayah Persia. Padahal, dia seorang jagoan tangguh dan pasukan berkuda yang tidak tertandingi.

Dalam kesedihannya yang mendalam itu, dia menggubah syair:
 "Cukup sudah hatiku tersiksa
Melihat tombak menancap di perut kuda
Sedang aku terbelenggu tak berdaya
Aku berdiri terikat baja
Pintu pun tertutup dengan kuatnya
Hingga tak ada yang mendengar keluh di dada
Aku berjanji kepada Tuhan
Tak lagi berbuat satu kesalahan
Kalau sekarang aku dibebaskan"

Begitulah tekad dan hati Abu Mahjan kembali bangkit. Dia berjanji, kalau terbebas dan diizinkan keluar untuk berjihad, dia tidak akan mengotori tubuhnya lagi dengan minuman keras yang diharamkan Allah.

Abu Mahjan benar-benar bertobat. Allah pun menerima tobatnya dan berkenan mengutus istri Sa'ad bin Abu Waqqash melewati kamar penjaranya. Setelah mendengar syair yang begitu menusuk hati itu, Abu Mahjan meminta untuk di bebaskan. Dia berjanji akan kembali ke dalam sel itu persis setelah perang terhenti saat matahari tenggelam.

Istri Sa'ad menyetujuinya. Abu Mahjan pun segera dibebaskan. Tidak lama kemudian, dia sudah menunggangi; kudanya Sa'ad bin Abu Waqqash yang bernama Balqa. Setelah mencorang-coreng wajahnya agar tidak dikenali, dia pun melesat seperti kilat menuju arena pertempuran.

Ketika tentara muslim melihatnya mengacak-acak barisan pasukan musuh dan membabat ke sana-kemari tanpa henti, mereka bergumam penuh kagum, "Demi Allah, ada malaikat yang berperang di barisan kita."


Sa'ad bin Abu Waqqash yang memantau jalannya pertempuran dari atas benteng juga terheran-heran dan menanya-kan, "Siapa gerangan tentara yang mukanya dicoreng-moreng itu?" Tetapi tidak ada seorang pun yang bisa menjawab.

Sa'ad lalu berseru, "Subhanallah! Kalau dilihat dari lari kudanya, itu lari kudaku, Balqa. Kalau dilihat dari cara menyerangnya, itu gaya khasnya Abu Mahjan! Demi Allah, kalau Abu Mahjan tidak sedang dipenjara, pasti aku akan mengatakan padanya bahwa tentara gagah perkasa itu adalah dia."

Seperti janjinya kepada istri Sa'ad bin Abi Waqqash, Abu Mahjan segera kembali ke ruang penjara setelah malam mulai gelap. Tidak lama kemudian, Sa'ad juga pulang ke kemahnya. Dia segera diberi tahu oleh sang istri perihal Abu Mahjan.

Untuk itu, Sa'ad segera pergi menemui Abu Mahjan, membebaskan, dan memeluknya. "Demi Allah!" kata Sa'ad kepada Abu Mahjan. "Mulai hari ini, aku tidak akan lagi mencambukmu. Sungguh, aku telah melihat sendiri bagaimana ke-teguhanmu dalam berjihad di jalan Allah. Aku juga menyaksi-kan sendiri bagaimana keberanianmu menantang kematian."

Abu Mahjan balik menjawab, "Aku pun berjanji atas nama Allah, mulai hari ini, tidak akan lagi meminum minuman keras." Keduanya menangis sesenggukan. Sa'ad bin Abi Waqqash menangis karena terharu. Abu Mahjan menangis karena gembira sudah terbebas dari belenggu minuman keras yang membelenggu lehernya selama bertahun-tahun.

Pelajaran apa yang Anda ambil dari kisah Abu Mahjan? Dia adalah seseorang yang mempunyai cita-cita tertinggi, yaitu berjihad. Akan tetapi, dia mempunyai rintangan terberat, yaitu kegemarannya meminum minuman keras. Sementara jihad adalah sarana dakwah untuk mengajak manusia pada ke-taatan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Meski demikian, dia tetap berada dalam kondisi kejiwaan yang kuat untuk berjihad, namun dia tidak kuat mengatasi kendala terberat yang ada pada dirinya. Hingga suatu-keadaan membuatnya tersadar bahwa kebiasaan buruknya telah meng-halanginya dari menggapai cita-citanya yang paling mulia itu.

Kita juga sering mengalami keadaan seperti yang dialami oleh Abu Mahjan. Terkadang kita menginginkan suatu kebahagiaan, ketenteraman dan kesejahteraan, tetapi waktu kita lebih banyak dihabiskan untuk hal-hal yang justru akan menghalangi kita dari mencapai hal-hal baik itu.

Seorang mahasiswa misalnya, dia mempunyai cita-cita ingin meraih IPK tertinggi dan menjadi sarjana terbaik. Dia menyampaikan keinginannya itu kepada kedua orang tuanya. Orang tuanya pun bekerja dan membanting tulang demi membiayai pendidikan anaknya. Akan tetapi, sebelum cita-cita itu tercapai, dia terjebak dalam cara berpikir orang-orang yang menganggap maksiat sebagai hobi dan dosa sebagai seni. Larut dalam pergaulan bebas dan pemakaian obat-obatan terlarang. Semua uang hasil jerih payah orang tuanya dihabiskan untuk berfoya-foya dan membeli narkoba.

Bukankah itu sebuah kedurhakaan dan pengkhianatan terhadap orang tua? Seindah dan sepandai apa pun manusia mengeksploitasi dosa dan maksiat sebagai produk yang bernilai seni tinggi, tidak akan mengubah dosa dan maksiat menjadi keindahan yang bernilai seni tinggi. Maksiat akan tetap menambah dosa, dan maksiat yang bertopengkan seni tetaplah maksiat.

Dosa dan maksiat tidak hanya akan menghalangi seseorang dari rahmat dan ridha Allah, tetapi juga akan meng-halanginya dari mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkannya.

Pergaulan bebas, maksiat yang berkedok seni, dan narkoba . adalah rintangan berat yang harus ditinggalkan bila dia benar-benar ingin menjadi seorang mahasiswa yang sukses dalam studi dan karier.

Di sisi lain, kepada sebagian orang, bila mereka ditanya, "Apakah Anda ingin masuk surga?" Mereka pasti akan menjawab, "Ya." Akan tetapi, secara sadar atau tidak, mereka justru lebih banyak melakukan hal yang sama sekali tidak akan mengantarkan mereka ke surga, bahkan sebaliknya.

Seandainya mereka tetap dalam keadaan demikian, dan usia pun dihabiskan dalam dosa dan maksiat. Maka penyesal-an akan hadir di saat tidak ada lagi kesempatan kedua untuk melakukan kebaikan. Kesempatan itu hanya datang sekali.

Oleh karena itu, selama Anda masih memiliki sisa umur untuk menjalani hidup di muka bumi ini, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri dan bertobat atas dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan.
Allah Maha Menerima Tobat. Meski dosa hamba-Nya memenuhi langit dan bumi, rahmat dan ampunan Allah jauh lebih luas daripada langit dan bumi. Tidak ada kebaikan sekecil apa pun yang dilakukan seorang hamba kecuali Allah akan memberinya dua hal secara bersamaan, yaitu pahala dan ampunan atas dosa-dosanya.

Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah saw. berkisah, "Ada seorang lelaki yang kerjanya meminjamkan uang kepada orang lain, kemudian dia berpesan kepada pegawainya, 'Jika kamu mendapati orang yang berutang sedang dalam kesusahan, ampunilah dia. Jangan dulu ditagih. Semoga Allah mengampuni kita.' Lelaki itu pun meninggal, dan Allah mengampuninya."

Rasulullah saw. juga pernah berpesan kepada Mu'adz bin Jabal, "Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskan kesalahan tersebut. Dan, bergaullah bersama ma¬nusia dengan akhlak yang baik."

 "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih." (Huud [11]: 90)

Dosa dan maksiat tidak hanya akan menghalangi sesorang dari rahmat dan ridha Allah, tetapi juga akan menghalanginya dari mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkannya
Share:

Mata Air 14: Tetap Konsisten Pada Prinsip


" Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan 'Than Kami adalah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'" (Fushilat [41]:30)

Dalam bahasa Arab, konsisten disebut istiqaamah, bentuk Past Tense-nya (Fi'il Maadhi) adalah istaqaama artinya, me-luruskan. Dari situlah berakar kata mustaqiim pada ayat ke-5 surah al-Faatihah (Ihdinas shiraathal mustaqiim) 'Tunjukilah kami jalan yang lurus'. Konsisten artinya berpegang teguh pada kebenaran yang diyakini, dan melaksanakan segala sesuatu yang menjadi konsekuensi dari keyakinan tersebut. Maka, siapa pun yang mengakui Allah swt. sebagai Tuhannya, dia harus melaksanakan apa yang Allah syariatkan dan menjauhi apa yang di-larangan-Nya.

Anas bin Malik r.a. bercerita, "Suatu hari, Rasulullah mem-bacakan kepada kami ayat ini (Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka meneguh-kan pendirian mereka), kemudian beliau bersabda, 'Banyak orang yang mengucapkannya, tetapi kemudian mereka kufur. Maka, siapa saja yang mengucapkannya (dan melaksanakan konsekuensi-konsekuensi dari ucapan itu) hingga dia meninggal, maka dia telah beristiqamah (konsisten).'"

Ayat di atas menunjukkan bahwa sikap istiqamah adalah keteguhan hati dan tetap menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Lebih jauh, Rasulullah menegaskan pada sabdanya di atas bahwa sangat sedikit orang yang konsisten pada apa yang diucapkan.

Allah menjanjikan bahwa para malaikat akan menaungi dan melindungi mereka yang konsisten. Mereka tidak akan dilanda kesedihan atau keraguan. Yang ada hanya kegembiraan dalam menjalankan perintah itu karena mereka yakin dengan balasan surga yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang saleh.

Konsistensi adalah karakter utama dari seorang yang memiliki prinsip. Prinsip yang dipegang adalah warna dasar dari gambaran sikap dan perilakunya. Setiap sikap dan perilakunya tidak pernah bertentangan dengan prinsip yang dipegang, karena prinsip hidup adalah kebenaran absolut yang berasal dari wahyu Tuhan. Meski dalam hidup dia menghadapi banyak tantangan dan rintangan yang bisa saja menggelincirkan dan membuatnya tergoda untuk melanggar prinsip itu, dia tidak akan kesulitan menemukan jalan keluar untuk mengatasinya.

Sebaliknya, orang yang tidak konsisten adalah orang yang tidak memiliki prinsip. Jika seseorang tidak memiliki prinsip hidup yang benar, maka dia akan terjebak dalam tingkah laku yang menuruti tuntutan nafsunya. Jika orang-orang yang me¬miliki prinsip dan konsisten dengan prinsipnya, mereka selalu dinaungi malaikat. Maka, orang yang tidak mempunyai prinsip, mereka akan selalu dikendalikan oleh setan yang menung-gangi hawa nafsunya. Padahal Allah swt. telah mengingat-kan manusia dengan firman-Nya,
"...Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguh¬nya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman." (al-A'raaf [7]: 27)

Sikap konsisten adalah sikap yang bersumber dari dalam diri sendiri, atau sikap dari dalam ke luar. Apa yang menjadi prinsip hidup, itulah yang menjadi pusat orbit dari bentuk sikap dan perilaku yang tampak bagi orang lain. Dirinya adalah yang memberi warna terhadap lingkungan. Bukan sebaliknya. Kebanyakan sikap dari orang-orang yang tidak punya prinsip adalah mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar diri mereka. Meniru dan mengikuti budaya dan tradisi lingkungan di sekitarnya, mereka tidak memiliki prinsip yang me-nyaring nilai-nilai di lingkungannya.

Ada sebuah kisah yang menjadi pelajaran penting bagi kita. Kisah ini mengajari kita untuk memiliki prinsip dan yakin dengan kebenaran prinsip itu.

Dikisahkan bahwa seorang ayah bersama putranya pergi ke pasar untuk menjual keledai. Keledai itu dituntun oleh anaknya di depan, sementara ayahnya berjalan di belakang. Sekelompok remaja yang berpapasan dengan mereka mener-tawai dan berkata, "Mengapa kalian berjalan kaki, padahal keledai yang kalian tuntun itu bisa dinaiki?" Sang Ayah lalu naik ke atas punggung keledai itu, sementara anaknya tetap menuntun keledai itu di depan.

Ketika mereka melewati sebuah perkampungan, ada sekelompok wanita yang berada di pinggir jalan. Mereka memaki si ayah sebagai pria yang hanya mau enaknya sendiri. Dia mem-biarkan anaknya berjalan menuntun keledai sementara dia enak-enakan duduk di atas punggung keledai itu. Mendengar makian itu, sang ayah pun menyuruh anaknya untuk naik bersamanya.

Ketika sampai di sebuah desa, mereka dicerca oleh penduduk desa sebagai orang-orang yang tidak punya rasa kasihan terhadap binatang. Mereka menganggap keledai itu kurus dan keduanya telah menyiksa keledai itu dengan menaikinya berdua.

Karena merasa bersalah dan membenarkan apa yang dikatakan oleh penduduk desa itu, mereka pun turun dan mengikat kaki keledai itu dan memikulnya berdua. Mereka kemudian meneruskan perjalanan. Sampailah mereka di sebuah jembatan yang di bawahnya ada sungai yang mengalir. Sekelompok anak kecil sedang ber-main di pinggir jembatan itu. Melihat pemandangan yang ganjil itu, anak-anak kecil itu meneriaki kedua orang itu sambil bersorak-sorai. Teriakan itu membuat keledai itu terkejut dan memberontak hingga tali yang mengikat kakinya putus. Keledai itu pun jatuh ke dalam sungai dan hilang terbawa arus.

Akhirnya, sang ayah berkata, "Karena mengikuti kata semua orang, kita tidak dapat melegakan siapa pun, bahkan diri kita sendiri pun tidak." Sebenarnya, yang menjadi tujuan keduanya adalah, men-jual keledai di pasar. Apa dan bagaimana cara mereka pergi ke pasar itu bukanlah masalah yang prinsipiil.

Namun, rintangan yang mereka temui dalam perjalanan sangat banyak dan mereka tidak paham akan hal-hal yang prinsipiil. Sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu prinsip di-anggap prinsip sehingga mereka mudah terpengaruh oleh perkataan orang. Akhirnya, mereka menderita kerugian.

Apabila mereka konsisten dengan tujuan dan mengetahui hal yang lebih prinsip, mereka bisa pergi ke pasar dengan mengendarai keledai itu berdua; atau menggiringnya berdua; atau sang ayah yang menaiki dan putranya yang menggiring atau sebaliknya; atau dengan memikulnya dan mengikat kakinya; semua itu hanya masalah metode mencapai tujuan. Mereka bisa memilih cara yang paling kecil risiko buruknya. Kemudian mereka akan sampai ke pasar, menjual keledai dan menikmati hasilnya.

Mulai hari ini, Anda harus memiliki prinsip hidup yang jelas dan benar. Pegang erat-erat prinsip hidup Anda agar kelak di akhirat, Anda tidak termasuk dalam kelompok orang-orang yang merugi.

Ambillah pelajaran dari firman Allah swt. berikut ini,  "Jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (al-An'aam [6]: 116)
Share:

Popular Posts

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.