Motivasi dari Al Qur'an

Mata Air 15: Bertobatlah

"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata. "Ya Tuhan Kami sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (At-Tahrim[66]:8)

Di antara anggota pasukan Sa'ad bin Abi Waqqash yang menaklukkan daerah Persia, terdapat seorang tentara yang gagah perkasa bernama Abu Mahjan. Dia salah seorang anggota pasukan kavaleri berkuda. Akan tetapi, dia mempunyai satu kebiasaan buruk, yaitu menyukai minuman keras.

Sa'ad berpidato di hadapan pasukannya menjelang pertempuran. Dia mewasiatkan kepada mereka untuk meningkat-kan ketakwaan dan berdoa agar Allah menguatkan mereka guna menghadapi pasukan Persia di Qadhisia. Secara tiba-tiba, Abu Mahjan muncul dalam keadaan teler. Sa'ad sangat sedih dengan keadaan itu. Dia langsung memerintahkan agar Abu Mahjan dipenjara terlebih dahulu. Setelah selesai pertempuran, dia akan menjatuhi hukuman cambuk terhadapnya. Sa'ad takut Allah akan menghukum pasukannya karena ada salah satu dari mereka yang meminum minuman keras.

Ketika Abu Mahjan tersadar dari mabuknya, dia bangkit dan mengintip dari jendela penjara. Dia melihat peperangan yang berpihak pada kemenangan pasukan Persia. Abu Mahjan terdiam, dia duduk termenung dan bersedih. Air matanya perlahan mengalir dari kedua matanya.

Bagaimana tidak, dia tidak bisa ikut berperang. Dosa dan perbuatan maksiat yang baru saja dia lakukan menghalanginya memperoleh kehormatan besar itu. Dia merasa telah menipu cita-cita dan tekadnya sendiri untuk menjadi salah satu tentara yang berjasa menaklukkan wilayah Persia. Padahal, dia seorang jagoan tangguh dan pasukan berkuda yang tidak tertandingi.

Dalam kesedihannya yang mendalam itu, dia menggubah syair:
 "Cukup sudah hatiku tersiksa
Melihat tombak menancap di perut kuda
Sedang aku terbelenggu tak berdaya
Aku berdiri terikat baja
Pintu pun tertutup dengan kuatnya
Hingga tak ada yang mendengar keluh di dada
Aku berjanji kepada Tuhan
Tak lagi berbuat satu kesalahan
Kalau sekarang aku dibebaskan"

Begitulah tekad dan hati Abu Mahjan kembali bangkit. Dia berjanji, kalau terbebas dan diizinkan keluar untuk berjihad, dia tidak akan mengotori tubuhnya lagi dengan minuman keras yang diharamkan Allah.

Abu Mahjan benar-benar bertobat. Allah pun menerima tobatnya dan berkenan mengutus istri Sa'ad bin Abu Waqqash melewati kamar penjaranya. Setelah mendengar syair yang begitu menusuk hati itu, Abu Mahjan meminta untuk di bebaskan. Dia berjanji akan kembali ke dalam sel itu persis setelah perang terhenti saat matahari tenggelam.

Istri Sa'ad menyetujuinya. Abu Mahjan pun segera dibebaskan. Tidak lama kemudian, dia sudah menunggangi; kudanya Sa'ad bin Abu Waqqash yang bernama Balqa. Setelah mencorang-coreng wajahnya agar tidak dikenali, dia pun melesat seperti kilat menuju arena pertempuran.

Ketika tentara muslim melihatnya mengacak-acak barisan pasukan musuh dan membabat ke sana-kemari tanpa henti, mereka bergumam penuh kagum, "Demi Allah, ada malaikat yang berperang di barisan kita."


Sa'ad bin Abu Waqqash yang memantau jalannya pertempuran dari atas benteng juga terheran-heran dan menanya-kan, "Siapa gerangan tentara yang mukanya dicoreng-moreng itu?" Tetapi tidak ada seorang pun yang bisa menjawab.

Sa'ad lalu berseru, "Subhanallah! Kalau dilihat dari lari kudanya, itu lari kudaku, Balqa. Kalau dilihat dari cara menyerangnya, itu gaya khasnya Abu Mahjan! Demi Allah, kalau Abu Mahjan tidak sedang dipenjara, pasti aku akan mengatakan padanya bahwa tentara gagah perkasa itu adalah dia."

Seperti janjinya kepada istri Sa'ad bin Abi Waqqash, Abu Mahjan segera kembali ke ruang penjara setelah malam mulai gelap. Tidak lama kemudian, Sa'ad juga pulang ke kemahnya. Dia segera diberi tahu oleh sang istri perihal Abu Mahjan.

Untuk itu, Sa'ad segera pergi menemui Abu Mahjan, membebaskan, dan memeluknya. "Demi Allah!" kata Sa'ad kepada Abu Mahjan. "Mulai hari ini, aku tidak akan lagi mencambukmu. Sungguh, aku telah melihat sendiri bagaimana ke-teguhanmu dalam berjihad di jalan Allah. Aku juga menyaksi-kan sendiri bagaimana keberanianmu menantang kematian."

Abu Mahjan balik menjawab, "Aku pun berjanji atas nama Allah, mulai hari ini, tidak akan lagi meminum minuman keras." Keduanya menangis sesenggukan. Sa'ad bin Abi Waqqash menangis karena terharu. Abu Mahjan menangis karena gembira sudah terbebas dari belenggu minuman keras yang membelenggu lehernya selama bertahun-tahun.

Pelajaran apa yang Anda ambil dari kisah Abu Mahjan? Dia adalah seseorang yang mempunyai cita-cita tertinggi, yaitu berjihad. Akan tetapi, dia mempunyai rintangan terberat, yaitu kegemarannya meminum minuman keras. Sementara jihad adalah sarana dakwah untuk mengajak manusia pada ke-taatan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Meski demikian, dia tetap berada dalam kondisi kejiwaan yang kuat untuk berjihad, namun dia tidak kuat mengatasi kendala terberat yang ada pada dirinya. Hingga suatu-keadaan membuatnya tersadar bahwa kebiasaan buruknya telah meng-halanginya dari menggapai cita-citanya yang paling mulia itu.

Kita juga sering mengalami keadaan seperti yang dialami oleh Abu Mahjan. Terkadang kita menginginkan suatu kebahagiaan, ketenteraman dan kesejahteraan, tetapi waktu kita lebih banyak dihabiskan untuk hal-hal yang justru akan menghalangi kita dari mencapai hal-hal baik itu.

Seorang mahasiswa misalnya, dia mempunyai cita-cita ingin meraih IPK tertinggi dan menjadi sarjana terbaik. Dia menyampaikan keinginannya itu kepada kedua orang tuanya. Orang tuanya pun bekerja dan membanting tulang demi membiayai pendidikan anaknya. Akan tetapi, sebelum cita-cita itu tercapai, dia terjebak dalam cara berpikir orang-orang yang menganggap maksiat sebagai hobi dan dosa sebagai seni. Larut dalam pergaulan bebas dan pemakaian obat-obatan terlarang. Semua uang hasil jerih payah orang tuanya dihabiskan untuk berfoya-foya dan membeli narkoba.

Bukankah itu sebuah kedurhakaan dan pengkhianatan terhadap orang tua? Seindah dan sepandai apa pun manusia mengeksploitasi dosa dan maksiat sebagai produk yang bernilai seni tinggi, tidak akan mengubah dosa dan maksiat menjadi keindahan yang bernilai seni tinggi. Maksiat akan tetap menambah dosa, dan maksiat yang bertopengkan seni tetaplah maksiat.

Dosa dan maksiat tidak hanya akan menghalangi seseorang dari rahmat dan ridha Allah, tetapi juga akan meng-halanginya dari mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkannya.

Pergaulan bebas, maksiat yang berkedok seni, dan narkoba . adalah rintangan berat yang harus ditinggalkan bila dia benar-benar ingin menjadi seorang mahasiswa yang sukses dalam studi dan karier.

Di sisi lain, kepada sebagian orang, bila mereka ditanya, "Apakah Anda ingin masuk surga?" Mereka pasti akan menjawab, "Ya." Akan tetapi, secara sadar atau tidak, mereka justru lebih banyak melakukan hal yang sama sekali tidak akan mengantarkan mereka ke surga, bahkan sebaliknya.

Seandainya mereka tetap dalam keadaan demikian, dan usia pun dihabiskan dalam dosa dan maksiat. Maka penyesal-an akan hadir di saat tidak ada lagi kesempatan kedua untuk melakukan kebaikan. Kesempatan itu hanya datang sekali.

Oleh karena itu, selama Anda masih memiliki sisa umur untuk menjalani hidup di muka bumi ini, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri dan bertobat atas dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan.
Allah Maha Menerima Tobat. Meski dosa hamba-Nya memenuhi langit dan bumi, rahmat dan ampunan Allah jauh lebih luas daripada langit dan bumi. Tidak ada kebaikan sekecil apa pun yang dilakukan seorang hamba kecuali Allah akan memberinya dua hal secara bersamaan, yaitu pahala dan ampunan atas dosa-dosanya.

Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah saw. berkisah, "Ada seorang lelaki yang kerjanya meminjamkan uang kepada orang lain, kemudian dia berpesan kepada pegawainya, 'Jika kamu mendapati orang yang berutang sedang dalam kesusahan, ampunilah dia. Jangan dulu ditagih. Semoga Allah mengampuni kita.' Lelaki itu pun meninggal, dan Allah mengampuninya."

Rasulullah saw. juga pernah berpesan kepada Mu'adz bin Jabal, "Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskan kesalahan tersebut. Dan, bergaullah bersama ma¬nusia dengan akhlak yang baik."

 "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih." (Huud [11]: 90)

Dosa dan maksiat tidak hanya akan menghalangi sesorang dari rahmat dan ridha Allah, tetapi juga akan menghalanginya dari mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkannya
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.