Motivasi dari Al Qur'an

Mata Air 12 : Ambil Resiko Itu

لِيَجْزِيَ اللّٰهُ كُلَّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْۗ اِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

"Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Mahacepat hisab-Nya" (Ibrahim [14]:51)
Tergambar di benak sebagian kita bahwa setiap risiko adalah sesuatu yang buruk. Padahal ia merupakan tantangan yang mendidik dan akan memberi banyak pelajaran, se¬hingga pikiran terlatih untuk kreatif mencari solusi.

Karakteristik risiko itu sendiri tidak seperti yang ada dalam benak sebagian besar orang saat ini. Dan risiko yang benar-benar terjadi terkadang tidak sebanyak dan seberat yang pernah menghantui pikirannya.

'Ali bin Abu Thalib pernah mengatakan bahwa dari seratus jenis risiko dan kesulitan yang timbul dalam pikiran sebelum melakukan suatu tindakan, yang merupakan risiko yang benar-benar akan terjadi tidak lebih dari sepuluhnya saja.

Kita perlu belajar dari rentetan takdir hidup Salman al-Farisi dalam mencari kebenaran sejati. Bagaimana keberanian dia menghadapi dan melewati berbagai risiko sulit dalam per-jalanannya mencari dan menemukan kebenaran. Juga, ketidak-beranian dia menanggung risiko dalam hal-hal tertentu.

Salman al-Farisi sosok pribadi yang memiliki otak cerdas, ahli strategi perang, kritis dan berani. Terlahir dari keluarga bangsawan Persia yang menyembah api. Namun, daya nalar dan kekuatan hatinya untuk mencari dan menemukan kebenaran sejati telah meneguhkannya ketika harus meninggalkan rumah orang tuanya untuk menemukan kebenaran sejati yang diyakininya.

Dia pun tinggal dan menjadi pelayan di rumah seorang uskup yang ternyata adalah pembohong dan penipu. Uskup itu menyuruh pengikutnya untuk bersedekah untuk fakir miskin tetapi ternyata dia timbun untuk dirinya sendiri. Setelah uskup itu mati, dia pun membeberkan kepada semua orang me-ngenai kebohongan uskup itu.

Dia kemudian tinggal.bersama seorang uskup yang meng-gantikan uskup pembohong itu. Orang ini ahli ibadah, zuhud dan paling mencintai akhirat. Menjelang ajalnya, uskup itu me-wasiatkan kepada Salman untuk menemui seorang temannya yang masih berada dalam ajaran agama Nasrani yang benar. Salman pun melaksanakan wasiat itu.

Kondisi demikian dia alami hingga empat orang uskup. Uskup terakhir mewasiatkan kepadanya tentang akan datang-nya seorang rasul terakhir yang membawa risalah pelengkap menyempurnakan risalah nabi-nabi sebelumnya. Uskup itu menjelaskan kriteria-kriteria Nabi terakhir itu.

Dalam perjalanannya ke Madinah untuk menemui sang Rasul, dia rela dirinya menjadi budak seorang Yahudi dari bani Quraizhah. Padahal dirinya adalah keturunan bangsawan di Persia.

Setelah pertemuannya dengan sang Rasul. Dia pun menjadi salah seorang sahabat Rasulullah yang cerdas dan ahli dalam strategi perang. Dialah pemilik gagasan pembuatan parit di sekeliling kota Madinah ketika akan terjadi Perang Khandaq, karena akan sangat berat bagi umat Islam untuk menghadapi pasukan koalisi kaum kafir Quraisy Mekah dan beberapa kabilah kafir lain, serta pengkhianatan beberapa kabilah Yahudi Madinah. Jumlah mereka mencapai 10.000 orang.



Meski cerdas dan ahli dalam strategi perang, Salman adalah seorang yang minder terhadap perempuan. Dia termasuk salah seorang sahabat Rasulullah saw. yang terlambat menikah. Dia mempunyai seorang sahabat karib, yaitu Abu Darda'.
Abu Darda' juga adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw. Akan tetapi, Abu Darda' telah menikah sedangkan Salman belum menikah. Abu Darda' sering memanas-manasinya untuk segera menikah, sehingga Salman pun pergi berkeliling ke beberapa kabilah untuk mencari gadis yang mampu memikat hatinya. Akhirnya, dia menemukan apa yang dia cari.

Akan tetapi, dia tidak berani untuk datang langsung kepada orang tua gadis itu, sehingga dia meminta tolong kepada sahabat karibnya, yaitu Abu Darda, untuk mewakilinya menghadap ayah gadis itu dan menyampaikan maksud dan keinginannya untuk meminang putrinya.

Abu Darda' pun bersedia membantu sahabat karibnya itu. Dia mendatangi ayah gadis itu dan menyampaikan maksud kedatangannya. Ternyata ayah gadis itu menolak untuk me-nikahkan putrinya dengan Salman. Dia malah meminta Abu Darda' untuk menikahi putrinya, bukan Salman.

Permintaan itu tentu saja hal yang sangat mengejutkan buat Abu Darda', karena dia sendiri sudah beristri. Abu Darda' pun mendatangi Salman dan menceritakan permintaan ayah gadis itu. Salman adalah seorang yang berjiwa besar, dia tersenyum dan memberikan ucapan selamat buat Abu Darda'.

Kisah dua orang sahabat Rasulullah itu, memberikan pe-lajaran yang sangat berharga tentang keberanian menghadapi risiko, baik itu risiko yang menguntungkan, merugikan, membahagiakan, maupun menyakitkan.

Kehidupan adalah sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah dan merupakan kepastian yang telah Dia takdirkan. Bagi Allah, kehidupan kita bukanlah misteri, tetapi bagi kita, dia adalah misteri.

Takdir buruk yang berbentuk musibah dan kesulitan sering datang menjadi penghalang yang terkadang membuat kita hampir berputus asa dan kehilangan harapan. Padahal, jika kita merenungi secara sadar dan mendalam, kita akan mendapati bahwa musibah dan kesulitan terkadang datang berbarengan dengan rahmat dan menjadi tanda kasih sayang Allah kepada kita.

Kehidupan yang kita jalani adalah proses kita untuk memecahkan setiap masalah dan mengatasi setiap risiko yang akan muncul. Adanya masalah dan kesulitan merupakan bukti adanya kehidupan. Jika tidak ada masalah dan kesulitan maka tidak akan ada kehidupan yang sebenarnya.

Kita sering merasa yakin dengan doa dan usaha. Kita yakin dapat mencapai apa yang kita rencanakan. Akan tetapi, kenyataan yang kita hadapi sering berbeda jauh dari apa yang kita rencanakan. Kita pun menjadi tidak yakin lagi dengan rencana dan harapan yang telah kita tanamkan untuk diri kita, sebab kenyataan yang kita hadapi itu melemahkan harapan-harapan kita untuk tetap mempertahankannya. Di sisi lain, kita juga dihantui kecemasan dan rasa takut gagal dalam mewujudkan rencana itu.
Setiap perbuatan, baik atau buruk pasti memiliki risiko. Seseorang tidak akan menanggung risiko atas perbuatan yang dilakukan oleh orang lain. Jika dia berusaha dan bekerja keras untuk kebaikan dan keselamatan dirinya, dia akan menerima risiko atas apa yang dikerjakannya.

"Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Mahacepat hisab-Nya." (Ibrahim [14]: 51)

Maka, apa pun sikap dan keputusan yang kita tetapkan untuk diri kita, pasti memiliki risiko. Risiko positif dari harapan dan usaha adalah kesuksesan dan kebahagiaan, sedangkan risiko negatifnya adalah kegagalan dan kekecewaan. Risiko mengungkapkan isi hati adalah penolakan, dan risiko menaruh harapan pada orang lain adalah kekecewaan.

Seberapa siapkah kita dalam menghadapi dan menerima risiko itu?
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.