Motivasi dari Al Qur'an

Mata Air 8 : Kesempatan Emas Tidak Datang Dua Kali

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran" (al-Ashr [103]:1-3)

Umur panjang adalah kesempatan emas termahal yang dimiliki oleh manusia yang masih hidup. Ia lebih berharga dari apa pun yang dimiliki oleh manusia, karena tanpanya manusia tidak akan memiliki apa-apa. Akan tetapi, ia akan menjadi sumber bencana bila tidak digunakan untuk ber-amal dan beribadah.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. juga pernah ber-sabda tentang sebaik-baiknya manusia adalah yang panjang umurnya dan baik perbuatannya. Sementara manusia paling buruk adalah yang panjang umurnya dan buruk per-buatannya.

Rasulullah saw. juga pernah berpesan —yang digubah menjadi lirik lagu oleh grup nasyid Raihan —agar kita memanfaatkan dengan sebaik mungkin lima kesempatan emas dalam kehidupan kita, yaitu masa muda sebelum datang masa tua, masa sehat sebelum masa sakit, waktu luang se¬belum datang kesibukan, masa kaya sebelum jatuh miskin, dan masa hidup sebelum kematian.

Pepatah Arab mengatakan,
Kesehatan adalah mahkota Di atas kepala orang yang sehat Tidak ada yang melihatnya Kecuali orang yang Sakit

Seorang yang dalam kondisi sehat, dia bisa melakukan pekerjaan apa pun yang dia mau. Melakukan perjalanan sejauh apa pun yang dia inginkan. Akan tetapi, seringkali orang yang sehat tidak menyadari bahwa dia memiliki se¬suatu yang berharga, yaitu kesehatan. Andai ia tidak sehat, tentu dia tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Banyak hal-hal berharga yang kita miliki, tetapi kita tidak menyadari artinya kecuali setelah ia hilang dari kita. Seorang yang sehat akan merasakan betapa berharganya kesehatan saat dia jatuh sakit. Seorang yang kaya akan merasakan betapa berharganya kekayaan setelah dia jatuh miskin. Seorang yang kafir kepada Allah tidak akan menyadari betapa ke¬hidupan sangat penting untuk melakukan kebaikan kecuali setelah dia mati.

Oleh karena itu, Allah swt. mengingatkan kita melalui firman-Nya dalam ayat tersebut bahwa waktu sangat ber-harga. Orang yang tidak memanfaatkan waktunya dengan baik akan sangat merugi.
Pada ayat itu, orang-orang yang beriman dikecualikan oleh Allah. Mereka tidak termasuk orang-orang yang mengalami kerugian. Ayat ini menunjukkan bahwa di antara ciri-ciri ke-imanan adalah kepandaian mengatur dan mengisi waktu dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat (amal saleh), serta bergaul dengan manusia dan saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran.
Adanya waktu kosong yang tidak digunakan untuk me¬lakukan berbagai aktivitas dan pekerjaan merupakan awal dari kerugian itu. Sebab, kehidupan hanyalah rentetan detik-detik yang berlalu tanpa pernah kembali. Semakin hari kita semakin dekat dengan kematian, maka tidak ada yang lebih menguatkan kita untuk menghadapinya kecuali keimanan.
Allah mengajari kita kedisiplinan tinggi dalam meng-hargai dan memanfaatkan waktu. Dia telah menetapkan aktivitas yang terstruktur rapi dalam kehidupan kita. Kita mengawali hari kita dengan melaksanakan shalat subuh, dan menutupnya. dengan shalat isya'.

Setiap shalat telah ditentukan waktunya masing-masing. Waktu shalat subuh adalah pagi hari sebelum terbit fajar, tidak diterima bila dilaksanakan setelah terbit fajar. Begitu juga dengan shalat zuhur yang harus dilaksanakan pada waktu zuhur. Shalat zuhur yang dilaksanakan pada waktu ashar tidak akan diterima oleh Allah. Setiap waktu shalat adalah kesempatan yang tetap dan pasti. Bila satu saja dari setiap waktu itu lewat begitu, maka ia tidak akan pernah kembali.
Jadwal aktivitas ibadah ritual mingguan juga Allah tetap-kan dalam bentuk shalat jum'at. Ia berbeda dengan ibadah-ibadah ritual harian karena berisi khotbah jum'at untuk mengembalikan fitrah intelektual dan spiritual kita kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw., setelah selama se-minggu di tempat kita beraktivitas, ia mengalami benturan dengan nilai dan budaya yang berlawanan dengan sistem nilai yang kita anut.
"...Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktu-nya atas orang-orang yang beriman." (an-Nisaa' [4]: 103)

Kesempatan Emas Milik Abu Dujjanah

Pada Perang Uhud, Rasulullah saw. berdiri sambil meme-gangi pedangnya. Beliau berkata, "Siapa yang mau meng-ambil (pedang) ini?" Semua sahabat pun mengulurkan tangan sambil berteriak, "Aku... aku..."

Nabi pun kembali berkata, "Siapa yang berani meng-ambil pedang ini dan mempertanggungjawabkannya?" Para sahabat terdiam.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar Abu Dujjanah berteriak lantang, "Aku yang akan mengambilnya, dan aku akan ber-tanggung jawab karena telah berani mengambil pedang itu."

Abu Dujjanah bergegas maju ke medan pertempuran melawan kaum kafir di barisan depan. Dia mengeluarkan kain merah dari sakunya dan mengikatkannya di kepala.
Kaum Anshar berkata, "Abu Dujjanah mengeluarkan atribut pasukan berani mati. Setiap bertemu musuh, dia pasti akan membunuhnya."

Abu Dujjanah pada suatu saat menceritakan kenangan-nya itu, "Waktu itu, aku melihat seseorang yang begitu berapi-api membakar semangat tentara kafir. Aku segera meng-hampirinya. Tetapi, ketika kuacungkan pedang, orang itu menggigil ketakutan. Ternyata dia seorang wanita. Maka aku tidak jadi membunuhnya. Aku menghormati pedang Rasulullah hingga tidak membunuh wanita itu."

Sosok Abu Dujjanah adalah orang yang paling ber-untung. Meski dia tidak sekelas dengan Abu Bakar, tidak sekuat Umar bin Khaththab, tidak selincah Ali bin Abu Thalib, dia juga tidak semulia Utsman bin Affan di mata Rasulullah. Akan tetapi, dia memperoleh kesempatan ter-mahal yang tidak dimiliki oleh keempat sahabat Rasulullah itu, berperang dengan menggunakan pedang Rasulullah saw.

Rasulullah menawarkan pedang itu kepada para sahabat-nya dua kali. Ketika penawaran pertama, tanpa syarat "bertanggung jawab," semua sahabat menawarkan diri untuk menggunakan pedang itu. Namun, pada penawaran kedua, setelah ditambahkan syarat pertanggungjawaban itu, mereka terdiam kecuali Abu Dujjanah.

Apa yang diinginkan oleh Rasulullah dari mereka? Tidak lain adalah keberanian, percaya diri dan keseimbangan kinerja antara emosi dengan pikiran.

Bukti keberanian Abu Dujjanah adalah dia mengikatkan kain merah di kepalanya sebagai tanda "Pasukan Berani Man". Meski demikian, dia tidak berlebihan dan tetap dalam kondisi emosi yang terkehdali. Buktinya, ketika dia mengetahui bahwa orang yang mengobarkan semangat pasukan kafir itu adalah seorang wanita, dia tidak jadi membunuhnya.

Medan pertempuran, tidak berbeda dengan medan kehidup¬an. Di medan pertempuran, setiap orang mempertaruhkan nyawa untuk memperoleh kemenangan dan hanya ada dua pilihan, menang atau mati.

Sementara di medan kehidupan, setiap orang memper-taruhkan waktu, umur dan tenaganya untuk bisa hidup bahagia dan sejahtera. Akan tetapi, pada keduanya sama-sama membutuhkan keberanian untuk mengatakan "aku bisa" agar bisa tampil sebagai pemenang.

Jika Anda memiliki suatu keahlian yang sangat potensial untuk mengantarkan Anda menjadi seorang yang sukses, usia Anda masih sangat muda, tenaga dan kondisi kesehatan Anda sangat prima, namun ketika ada peluang dan kesem¬patan yang sesuai dengan bakat dan keahlian Anda datang menghampiri dan Anda tidak berani menangkapnya, maka semua kelebihan yang Anda miliki tidak akan berguna sama sekali.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.