Motivasi dari Al Qur'an

Mata Air 7 : Bulatkan Tekad Dan Jaga Komitmen Diri

Justify Full
"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga)orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan"(Huud[11]:112)

Salah satu kisah peperangan yang paling berat dan meng-harukan dalam sejarah Islam adalah ketika pasukan kaum muslimin mengepung pasukan Persia yang berlindung di dalam benteng kota Tustar yang merupakan salah satu benteng terkokoh dan tersulit yang pernah ditaklukkan. Pasukan muslimin dipimpin oleh Abu Musa al-Asy'ari.

Salah seorang anggota pasukan muslimin yang paling tenar dalam peperangan itu adalah Majza'ah bin Tsaur. Dia adalah seorang yang gesit dan lihai memainkan pedang serta memiliki kemauan kuat dan tekad baja. Selama peperangan itu, dia telah membunuh lebih dari seratus tentara Persia dalam duel satu lawan satu sebelum memulai setiap pertempuran. Namanya menjadi momok menakutkan bagi pasukan Persia. Sebaliknya, dia menjadi kebanggaan dan lambang kebulatan tekad pasukan muslim untuk menaklukkan kota Tustar.

Delapan belas bulan pasukan muslim mengepung benteng itu, namun tidak ada tanda-tanda berkurangnya kekuatan pasukan Persia. Sementara itu, Abu Musa al-Asy'ari hampir kehabisan ide memikirkan strategi untuk menembus benteng musuh. Hingga akhirnya, Allah menunjukinya jalan melalui seorang pembelot dari prajurit Persia yang keluarga dan saudara-saudaranya dibantai secara biadab oleh Hurmuzan (komandan pasukan Persia). Orang itu mengatakan bahwa apabila pasukan muslim ingin menembus benteng Tustar, mereka harus memasukinya dengan berenang melewati kanal dan saluran air kota itu.

Abu Musa al-Asy'ari mengutus Majza'ah bin Tsaur untuk mengikuti orang itu dan mempelajari seluk-beluk kanal air menuju istana Kisra Persia. Setelah itu, Majza'ah kembali, Abu Musa pun segera mempersiapkan tiga ratus orang pasukan elit kaum muslimin yang bisa berenang untuk memasuki kota itu melalui kanal dan saluran air menuju pusat kota di bawah pimpinan Majza'ah bin Tsaur.

Di sinilah kebulatan tekad dan komitmen Majza'ah serta anggota pasukan elit yang dipimpinnya untuk menaklukkan kota itu teruji. Aliran air di kanal itu sangat deras dan mematikan. Mereka harus berjuang selama dua jam lebih untuk bisa melewati kanal berbahaya itu. Terkadang mereka bisa berjalan santai karena arus tidak terlalu berbahaya, tapi terkadang mereka terhempas ke sana ke mari karena derasnya arus air.

Ketika sampai di jalan tembus, Majza'ah baru sadar bahwa 220 orang anggota pasukannya hilang terhempas di kanal. Kini, dia hanya memiliki 80 tentara.

Allah Mahabesar. Dia tidak akan menyia-nyiakan setetes usaha yang hamba-Nya lakukan untuk menegakkan kalimat-Nya. Hanya dengan 80 tentara, mereka akhirnya bisa melum-puhkan pasukan Persia yang siap siaga sepanjang jalan menuju gerbang benteng dan membukanya dengan teriakan takbir yang disambut dengan takbir pula oleh pasukan muslim yang telah siap siaga di luar benteng. Mereka segera merangsek masuk ke dalam benteng dan menumbangkan kekuasaan zalim yang menindas dan merampas hak-hak rakyatnya.

Dalam pertempuran itu, Majza'ah menemukan syahid yang menjadi cita-cita tertingginya di ujung pedang Hurmuzan. Mereka berdua terlibat duel yang seru sehingga keduanya sama-sama saling menebas tubuh lawannya. Seandainya Hurmuzan tidak memakai baju besi dia tentu telah tewas oleh sabetan pedang Majza'ah, sedangkan Majza'ah tidak memakai baju besi.

Majza'ah meninggalkan pelajaran berharga bagi kita, generasi muda Islam abad 21. Dia mengajari kita arti sebuah tekad dan komitmen yang tulus terhadap satu tujuan yang jelas, yaitu menguasai kota Tustar untuk membangun peme-rintahan yang berasaskan pada nilai-nilai langit. Kita pun bertanya, apa yang mendorongnya untuk mau berjuang mem-pertahankan hidup melawan derasnya arus air dalam kanal berbahaya itu? Apa pula yang memperkuat mental bertarung-nya sehingga dia mampu membunuh lebih dari seratus orang pasukan Persia dalam duel satu lawan satu? Apa pula yang membuat tiga ratus orang anggota pasukan elit kaum muslimin itu mau menaatinya? Apa yang membuat mereka rela mempertaruhkan jiwa dan raga dalam setiap pertempuran.

Tekad dan komitmen bukanlah sesuatu yang gampang dimiliki oleh semua orang. Ia lahir dari adanya kejelasan tujuan yang ingin dicapai serta keyakinan diri bahwa tujuan tersebut pasti akan tercapai. Dari mana datangnya keyakinan itu? Keyakinan itu datang dari perasaan dan kepercayaan diri bahwa mereka memiliki "beking" yang Mahakuat dan Mahaperkasa.

Ibaratnya, Anda memiliki orang tua yang kaya dan sangat mendukung setiap langkah dan keputusan yang Anda ambil untuk diri Anda. Anda memiliki tekad kuat untuk melanjut-kan jenjang akademis Anda hingga tingkat magister atau doktor. Anda akan memiliki keyakinan yang lebih, karena bila Anda menghadapi kendala/mansza/, Anda memiliki orang tua yang menjadi "beking" finansial dan siap menyuplai dana untuk Anda.

Tekad yang kuat merupakan salah satu keunikan jiwa manusia yang bisa mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, mengubah sesuatu yang mungkin menjadi karya nyata. Namun, sebagaimana telah kami katakan bahwa tekad saja tidak cukup. Harus ada keyakinan dan percaya diri. Kedua hal itu hanya bisa muncul dari adanya tempat kembali, tempat bersandar, "beking" yang memiliki kemampuan dan kekuatan jauh di atas kekuatan dan kemampuan kita. Jika "beking" kita memiliki kemampuan sedikit di atas kita, atau sejajar dengan kita, maka rasa percaya diri dan keyakinan untuk sukses akan sangat sulit muncul dari kondisi yang demikian itu. Justru yang akan muncul adalah rasa ragu dan takut gagal.

Itulah sebabnya, Allah mengajari kita tentang cara memiliki tekad yang baik dalam firman-Nya,
"...Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka ber-tawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (Ali 'Imran [3]: 159)
Kata "tekad" dalam bahasa Arab disebut 'Azam. Setelah kebulatan tekad, harus ada tawakal kepada Allah. Tawakal adalah kepasrahan kepada Allah, karena Dia lebih mengeta-hui sesuatu yang terbaik bagi hamba-Nya. Tawakal yang benar akan menimbulkan keyakinan dan ketenangan jiwa. Jika tujuan yang diinginkan tercapai dengan sukses, itu me-rupakan hal terbaik yang Allah tentukan bagi kita. Namun, jika tujuan yang diinginkan tidak tercapai, hal itu juga me-rupakan hal terbaik yang Allah tentukan, ada kebaikan yang tersembunyi di balik setiap kegagalan dan kesulitan yang kita hadapi. (Bacalah bab, "Apa pun Tantangannya, Hadapi dan Nikmati!" dalam buku ini).

Ada banyak kisah ironis yang kita baca dari lembaran kehidupan sebagian orang. Ada orang yang karena hidup dalam kondisi ekonomi yang serba kekurangan, dia rela menghabisi hidupnya sendiri; orang tua yang tega menjual kehormatan anak gadisnya hanya untuk memperoleh uang sepuluh ribu rupiah; bocah kecil yang masih duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar gantung diri hanya karena nilai rapor-nya rata-rata merah; artis yang justru pada puncak popularitas-nya malah mencaci maki ibunya sendiri, tanpa sadar bahwa dirinya tumbuh besar dari keringat dan derita ibunya sejak dilahirkan hingga dia mencapai popularitas itu; gadis desa dengan pendidikan pas-pasan yang rela menebar goyangan syahwat hanya agar bisa cepat tenar dan bisa punya banyak uang; ustadz yang menceramahi sejuta manusia tetapi lupa mendidik anak dan keluarganya sendiri dengan nilai-nilai yang "dijual" dalam ceramahnya; motivator kelas dunia yang terkenal dengan karya-karya tulis yang luar biasa menggugah serta mengajari manusia cara mencari kebahagiaan sejati, tetapi dirinya sendiri tidak bisa menemukan kebahagiaan itu hingga dia berputus asa dan mengakhiri hidup dengan menggorok lehernya sendiri.

Alangkah tragisnya kehidupan mereka. Sebelum merasa-kan siksaan yang abadi di akhirat, di dunia mereka sudah tersiksa oleh kehidupan yang mereka jalani. Sebagian ber-putus asa karena kesulitan, sebagian lagi justru merasakan puncak kesengsaraan hidupnya adalah ketika meraih sukses di bidang yang digelutinya. Lalu apa sebenarnya yang dicari?

"...Sesungguhnya, neraka itu adalah apiyang bergejolak, yang menge-lupaskan kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling (dari agama). Serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya." (al-Ma'arij [70]: 15-18)

Neraka di akhirat adalah api yang bisa berbicara dan me¬manggil orang-orang yang berpaling dari nilai-nilai agama. Mengeksploitasi dosa dan maksiat hanya untuk meraih popularitas sehingga memiliki peluang untuk mengumpul¬kan harta dan kekayaan sebanyak-banyaknya.

Anak Saya Lemah Fisiknya

Namanya Pak Yalid. Dia wali salah seorang santri saya. Dia menceritakan kepada saya tentang anaknya yang ber-nama Yasser. Dia berkata bahwa anaknya itu cukup cerdas, tetapi secara fisik dia lemah.

Pada suatu hari, salah seorang siswa kelas III Aliyah yang di dalam organisasi siswa bertugas mengurus bidang minat dan bakat siswa datang menghadap saya. Dia menyampai-kan bahwa para santri meminta untuk didirikan perguruan seni beladiri yang dilatih langsung oleh guru mereka sendiri. Sebelumnya telah ada perguruan seni yang masuk ke pesantren itu, tetapi tidak terlalu efektif karena pelatihnya berasal dari luar pesantren.

Saya pun menyetujui permintaan itu dan menyuruhnya mendata, berapa orang yang berminat untuk mengikuti latihan beladiri yang rutin akan diadakan dua kali seminggu.

Hasil pendataan itu sangat mengejutkan. Dari sekitar 120 orang santri, hanya 15 orang yang tidak berminat mengikuti latihan beladiri. Hasil itu membuat saya termotivasi untuk melatih mereka dengan serius.

Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah pada saat per-kumpulan pertama para peserta latihan beladiri itu, saya mendapati Yasser termasuk salah satu dari para santri yang berminat mengikuti latihan beladiri itu. Padahal, orang tuanya pernah mengatakan kepada saya bahwa dia anak yang lemah fisiknya.

Minggu berganti bulan, bulan pun berganti tahun. Pada akhir tahun, dari 105 orang yang mendaftar pada awal pem-bukaan latihan beladiri itu, hanya tersisa sekitar 10 orang, salah satunya adalah Yasser.

Dari pemantauan selama melatih, saya mengetahui bahwa Yasser memiliki kemauan dan tekad yang kuat untuk me-nguasai seni beladiri. Fisiknya memang tampak lemah, tetapi karena tekad dan kemauan kerasnya, dia menjadi seorang yang cekatan dalam mengatur strategi bertahan dan melaku-kan serangan balik yang cepat. Hingga akhirnya, dia menjadi salah seorang jawara dalam perlombaan seni beladiri antar pelajar di wilayah itu.

Apa yang Membuatnya Berubah?

Tidak ada siapa pun yang mengubah Yasser selain dirinya sendiri. Saya mengetahui dia sangat rajin berlatih dan meng-olah gerakannya.

Pada suatu malam, saya berkeliling untuk memantau situasi keamanan pondok pada malam hari. Dari jauh saya melihat bayangan seseorang sedang berlatih beladiri sen-dirian. Saya mengetahui gerakan itu adalah yang baru saya berikan kepada siswa saya tadi sore.

Setelah mendekat, saya pun mengenalinya, dia adalah Yasser. Ketika mendapat tugas jaga malam, yaitu meronda untuk keamanan pondok, waktu meronda itu dia gunakan untuk berlatih. Dia memiliki kemauan yang kuat dan tekad baja untuk bisa menguasai seni beladiri. Dan sebagai se¬orang laki-laki, adalah menjadi sesuatu yang sangat penting baginya untuk memiliki keahlian itu.

Pada suatu hari, saya bertemu dengan Pak Yalid, orang tua Yasser. Dia berkata kepada saya, "Saya heran dengan anak saya, dulu fisiknya lemah, tapi sekarang dia sudah berubah."
Saya pun menjawab, "Yang tidak bisa diubah adalah takdir yang sudah terjadi, sementara takdir yang belum terjadi adalah sesuatu yang bisa dicapai dengan tekad dan komitmen yang kuat..."

Fa'idzaa 'azamta fa Tawakkal 'alallaah... (Jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah...)
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.